Menelusuri Makna dan Simbol Rumah Khas Betawi
Muhammad Raka Riandhi |
Jakarta - Indonesia memang sangat kaya dan memiliki beranekaragam kebudayaan di setiap daerah. Dari sini, banyak makna dan simbol yang tidak dapat kita ketahui dari kebudayaan khas masing-masing daerah. Salah satunya kebudayaan khas Betawi.
Setiapkali memasuki bulan Juni, bagi masyarakat Jakarta tentu akan menghadapi momen spesial, yakni perayaan ulangtahun kota Jakarta yang dulu bernama Jayakarta atau Batavia. Yah, tepatnya 22 Juni ini adalah hari ulang tahun dan biasanya akan diikuti dengan perayaan Pekan Raya Jakarta yang berpusat di Kemayoran.
Jakarta memang sudah tua, di sini pula hadir beragam suku bangsa yang beraneka ragam di nusantara, termasuk penduduk asli yang umum disebut Betawi. Masyarakat Betawi ini juga memiliki beragam kultur khas dan budaya. Kami kemarin berkesempatan mengunjungi situs warisan dan merupakan cagar budaya Betawi yang terletak di Setu Babakan di bagian selatan Jakarta.
Di sini kita bisa melihat bentuk rumah khas Betawi yang juga memiliki makna dan mengisyaratkan sebuah pesan bagi masyarakat luas. Sebuah pesan budaya yang turun temurun, seperti halnya beberapa jenis dan model rumah yang umum dikenal masyarakat Betawi, antara lain rumah Gudang, rumah Joglo, dan rumah Bapang atau rumah Kebaya, serta ada juga model rumah panggung.
Bentuk rumah gudang berupa empat perseggi panjang, yang memanjang dari depan ke belakang. Atapnya berbentuk pelana, ada juga yang berbetuk perisai. Struktur atapnya tersusun dari kerangka kuda-kuda, apabila berbentuk prisai ditambah sebuah elemen struktur atau yang menurut istilah setempat disebut jure.
Sementara jenis lain adalah rumah Bapang yang disebut juga potongan Bapang atau rumah kebaya. Bentuk dari rumah bapang sendiri adalah simpel dan sederhana, bentuk dasarnya adalah kotak. Pada dasarnya atap rumah potongan bapang berbentuk pelana, tetapi tidak penuh seperti potongan rumah gudang. Kedua sisi luar rumah potongan bapang sebenarnya dibentuk oleh terusan (sorondoy) dari atap pelana yang terletak di bagian tengah. Dengan demikian, yang berstruktur kuda-kuda adalah bagian atap pelana yang ada di tengah ini. Sistem struktur ruang yang dipakai adalah sistem kuda-kuda Timur.
Yang umum nampak dalam model rumah Betawi dalam kebiasaan sehari-hari, antara lain adalah menjadikan teras rumah yang cukup luas sebagai tempat menerima tamu. Salah seorang anggota Komite Tata Kehidupan Budaya Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi sempat memberikan komentar, “Dalam berbagai macam nama rumah khas Betawi itu, struktur yang terdapat dalam rumah khas Betawi, baik rumah Gudang maupun rumah Bapang dan rumah adat Betawi lainnya tidak harus menjadi patokan untuk membuat rumah adat Betawi. Struktur bentuk rumah bisa saja digabungkan, karena masing-masing orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam membangun rumah adat Betawi, itu sah-sah saja.” Demikian yang disampaikan Indra, Anggota Komite Tata Kehidupan Budaya LPBB yang di wawancarai www.today.co.id, Selasa, (31/5/2011)
“Pesan yang terdapat pada rumah adat Betawi seperti bentuk bunga ragam hias yang terdapat pada bentuk ornamen kayu, seperti bentuk bunga melati merupakan pesan simbol keceriaan, keharuman, dan keramahan yang dimiliki masyarakat betawi. Simbol bunga matahari, juga menunjukkan agar si pemilik rumah diterangi batinnya baik pada siang maupun malam hari,” tambahnya.
“Langkan pembatas yang ada di teras dari halaman berbahan kayu, bersimbol seperti patung manusia yang juga memiliki pesan moral, yaitu etika yang baik dalam bertamu harus melewati dari halaman depan rumah. Sebab, ketika bertamu lewat belakang atau samping rumah, bagi masyarakat Betawi merupakan etika yang kurang baik,” jelasnya.
Lisplang gigi belalang memiliki pesan dalam kehidupan seseorang ada saja mempunyai masalah, akan tetapi dalam keadaan demikian pesan yang terdapat dalam simbol tersebut bermakna hidup harus selalu jujur, rajin, ulet dan sabar. Demikian pesan moral dari simbol struktur rumah adat Betawi, tutupnya.
Yah, demikian beberapa simbol dan makna yang dikandung dalam beberapa bagian yang digunakan dalam bangunan rumah khas Betawi. Semoga ini menjadi bagian penting dalam memahami ragam kebudayaan yang ada di Jakarta. (imm/imm)
Setiapkali memasuki bulan Juni, bagi masyarakat Jakarta tentu akan menghadapi momen spesial, yakni perayaan ulangtahun kota Jakarta yang dulu bernama Jayakarta atau Batavia. Yah, tepatnya 22 Juni ini adalah hari ulang tahun dan biasanya akan diikuti dengan perayaan Pekan Raya Jakarta yang berpusat di Kemayoran.
Jakarta memang sudah tua, di sini pula hadir beragam suku bangsa yang beraneka ragam di nusantara, termasuk penduduk asli yang umum disebut Betawi. Masyarakat Betawi ini juga memiliki beragam kultur khas dan budaya. Kami kemarin berkesempatan mengunjungi situs warisan dan merupakan cagar budaya Betawi yang terletak di Setu Babakan di bagian selatan Jakarta.
Di sini kita bisa melihat bentuk rumah khas Betawi yang juga memiliki makna dan mengisyaratkan sebuah pesan bagi masyarakat luas. Sebuah pesan budaya yang turun temurun, seperti halnya beberapa jenis dan model rumah yang umum dikenal masyarakat Betawi, antara lain rumah Gudang, rumah Joglo, dan rumah Bapang atau rumah Kebaya, serta ada juga model rumah panggung.
Bentuk rumah gudang berupa empat perseggi panjang, yang memanjang dari depan ke belakang. Atapnya berbentuk pelana, ada juga yang berbetuk perisai. Struktur atapnya tersusun dari kerangka kuda-kuda, apabila berbentuk prisai ditambah sebuah elemen struktur atau yang menurut istilah setempat disebut jure.
Sementara jenis lain adalah rumah Bapang yang disebut juga potongan Bapang atau rumah kebaya. Bentuk dari rumah bapang sendiri adalah simpel dan sederhana, bentuk dasarnya adalah kotak. Pada dasarnya atap rumah potongan bapang berbentuk pelana, tetapi tidak penuh seperti potongan rumah gudang. Kedua sisi luar rumah potongan bapang sebenarnya dibentuk oleh terusan (sorondoy) dari atap pelana yang terletak di bagian tengah. Dengan demikian, yang berstruktur kuda-kuda adalah bagian atap pelana yang ada di tengah ini. Sistem struktur ruang yang dipakai adalah sistem kuda-kuda Timur.
Yang umum nampak dalam model rumah Betawi dalam kebiasaan sehari-hari, antara lain adalah menjadikan teras rumah yang cukup luas sebagai tempat menerima tamu. Salah seorang anggota Komite Tata Kehidupan Budaya Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi sempat memberikan komentar, “Dalam berbagai macam nama rumah khas Betawi itu, struktur yang terdapat dalam rumah khas Betawi, baik rumah Gudang maupun rumah Bapang dan rumah adat Betawi lainnya tidak harus menjadi patokan untuk membuat rumah adat Betawi. Struktur bentuk rumah bisa saja digabungkan, karena masing-masing orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam membangun rumah adat Betawi, itu sah-sah saja.” Demikian yang disampaikan Indra, Anggota Komite Tata Kehidupan Budaya LPBB yang di wawancarai www.today.co.id, Selasa, (31/5/2011)
“Pesan yang terdapat pada rumah adat Betawi seperti bentuk bunga ragam hias yang terdapat pada bentuk ornamen kayu, seperti bentuk bunga melati merupakan pesan simbol keceriaan, keharuman, dan keramahan yang dimiliki masyarakat betawi. Simbol bunga matahari, juga menunjukkan agar si pemilik rumah diterangi batinnya baik pada siang maupun malam hari,” tambahnya.
“Langkan pembatas yang ada di teras dari halaman berbahan kayu, bersimbol seperti patung manusia yang juga memiliki pesan moral, yaitu etika yang baik dalam bertamu harus melewati dari halaman depan rumah. Sebab, ketika bertamu lewat belakang atau samping rumah, bagi masyarakat Betawi merupakan etika yang kurang baik,” jelasnya.
Lisplang gigi belalang memiliki pesan dalam kehidupan seseorang ada saja mempunyai masalah, akan tetapi dalam keadaan demikian pesan yang terdapat dalam simbol tersebut bermakna hidup harus selalu jujur, rajin, ulet dan sabar. Demikian pesan moral dari simbol struktur rumah adat Betawi, tutupnya.
Yah, demikian beberapa simbol dan makna yang dikandung dalam beberapa bagian yang digunakan dalam bangunan rumah khas Betawi. Semoga ini menjadi bagian penting dalam memahami ragam kebudayaan yang ada di Jakarta. (imm/imm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar