Syamsud Dhuha |
Jakarta - Santet adalah bagian dari ilmu gaib yang merusak, menunujukkan kebencian dan kemarahan. Secara istilah ilmu santet ini mempelajari bagaimana memasukkan benda atau sesuatu ke tubuh orang lain dengan tujuan menyakiti.
Benda ini bisa saja misalnya sebuah paku atau seekor binatang berbisa yang dikirim secara gaib untuk dimasukkan ke tubuh seseorang dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Seperti ilmu-ilmu lain yang ada di dunia, pada awalnya ilmu itu netral dan positif sebagai penambahan khazanah baru, namun oknum orang tertentu yang negatif, serakah, dan jahatlah yang kemudian menyimpangkan sebuah ilmu menjadi negatif, seperti halnya bom dan aksi terorisme yang juga masih marak.
Santet dulu bisa merupakan ilmu putih meski bisa juga ilmu hitam, tergantung dari penggunaan ilmu ini apakah untuk kebaikan atau untuk kejahatan. Meskipun, dalam aplikasinya banyak ilmu 'putih' ini yang kemudian dipadukan dengan ilmu-ilmu lain sehingga bisa dikatakan diselewengkan (dihitamkan) oleh pelakunya. Misal, ilmu yang aslinya digunakan untuk menidurkan bayi yang rewel agar bisa terlelap, oleh maling dan kawanan pencuri, ilmu ini diselewengkan untuk menidurkan calon korban dari aksi jahatnya.
Ilmu untuk meluluhkan hati orang yang keras atau kalap, tetapi diselewengkan fungsinya untuk membuat orang lain terlena bujuk rayunya. Kasus yang terakhir ini marak yang umum kita kenal dengan istilah gendam, hipnotis dengan tujuan negatif.
Walaupun proses santet yang gaib ini sulit dimengerti secara ilmiah, tapi secara logika santet dapat dimengerti sebagai proses dematerialisasi. Pada saat santet akan dikirim, benda-benda seperti paku, jarum, beling, ataupun binatang berbisa ini diubah dari materi menjadi energi. Kemudian dalam bentuk energi, benda ini dikirim menuju sasaran. Setelah tepat mengenai sasaran, energi ini diubah kembali menjadi materi. Sehingga apa-apa yang tadi dikirim, misalnya beling dan binatang berbisa akan masuk ke tubuh seseorang yang merupakan sasaran santet. Selanjutnya secara otomatis benda-benda yang tadi dimasukkan melalui santet ini akan menimbulkan kesakitan pada tubuh orang yang disantet.
Ada dua cara santet yang umum dikenal. Pertama adalah santet yang dalam prosesnya memanfaatkan kekuatan makhluk gaib seperti jin, setan, dan makhluk gaib lainnya.
Dalam pelaksanaannya, pelaku santet akan bekerja sama dengan makhluk gaib sebagai media pengiriman santet. Untuk mengajak si makhluk gaib untuk dijadikan "kurir" ini, tentu saja pelaku santet harus memberikan imbalan sesuai yang diminta oleh sang kurir. Imbalan bisa berupa sesaji khusus yang diperuntukkan makhluk gaib sebagai makanan untuknya. Imbalan juga dapat berbentuk lain sesuai permufakatan makhluk gaib dengan pelaku santet. Setelah imbalan yang dijanjikan disepakati, maka "sang kurir" pun akan melakukan tugasnya membawa santet menuju sasaran.
Ada kasus misalnya sesaji atau imbalan yang disepakati lalai atau tidak dilaksanakan oleh pelaku santet, maka dalam kasus ini bisa saja si makhluk gaib akan meminta tumbal dari pelaku santet. Sehingga bisa disimpulkan hal inilah yang merupakan resiko bagi para pelaku santet.
Kedua, adalah santet yang bersumber dari kekuatan batin. Santet dengan metode ini membutuhkan kekuatan batin yang biasanya diperoleh dari laku spiritual.
Pada saat penggunaannya, santet dengan kekuatan batin biasanya dibantu dengan kekuatan visualisasi (pembayangan) yang kuat dari pelaku. Misalnya santet dengan menggunakan media bambu apus yang ketika hendak digunakan terlebih dahulu dibacakan mantera-mantera tertentu, setelah itu pelaku santet memusatkan konsentrasi, visualisasi dan berniat menyumbat kubul dan dubur si jabang bayi (sasaran). Dengan cara demikian, seseorang yang dituju tidak bisa buang air besar maupun air kecil. Sehingga pada hakikatnya kekuatan santet ini bersumber dari memusatkan kehendak batin saja. Sedangkan peran dari ritual, seperti membaca mantera atau laku tirakat lain, merupakan sarana penunjang yang mampu membantu visualisasi batin sehingga bertambah kuat.
Santet/guna-guna/teluh/sihir/pelet, bisa terjadi di karenakan ada mediator, dan mengunakan jasa makhluk halus. Cara kerja santet/teluh tersebut, menyerang pada indera perasa kita dan akan menimbulkan rasa sakit pada anggota badan atau bagian tubuhan lainnya.
Soal efek dan sasaran yang dituju serta keberhasilan santet mengenai sasaran juga sangat bergantung pada kondisi si target. Kalau jiwanya juga dipenuhi dengan hal positif dan kondisi selalu ingat kepada Allah SWT dan selalu meminta pertolongan pada-Nya, denga cara-cara kedekatan yang aura positif yang juga ditimbulkan, bisa saja serangan santet itu juga tidak masuk.
Yah, intinya kalau kita berbuat baik dan mudah meminta maaf saat berbuat salah dan berkomunikasi dengan berbagai pihak dan masyarakat luas juga baik, tentu tidak alasan bagi orang lain untuk menyakiti kita, begitu pula sebaliknya. Jadi semua kebaikan dan keburukan yang ada bisa jadi adalah ujian dan cara terbaik yang sedang ditunjukkan Allah kepada hamba pilihan-Nya. (ksr/ksr)
Benda ini bisa saja misalnya sebuah paku atau seekor binatang berbisa yang dikirim secara gaib untuk dimasukkan ke tubuh seseorang dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Seperti ilmu-ilmu lain yang ada di dunia, pada awalnya ilmu itu netral dan positif sebagai penambahan khazanah baru, namun oknum orang tertentu yang negatif, serakah, dan jahatlah yang kemudian menyimpangkan sebuah ilmu menjadi negatif, seperti halnya bom dan aksi terorisme yang juga masih marak.
Santet dulu bisa merupakan ilmu putih meski bisa juga ilmu hitam, tergantung dari penggunaan ilmu ini apakah untuk kebaikan atau untuk kejahatan. Meskipun, dalam aplikasinya banyak ilmu 'putih' ini yang kemudian dipadukan dengan ilmu-ilmu lain sehingga bisa dikatakan diselewengkan (dihitamkan) oleh pelakunya. Misal, ilmu yang aslinya digunakan untuk menidurkan bayi yang rewel agar bisa terlelap, oleh maling dan kawanan pencuri, ilmu ini diselewengkan untuk menidurkan calon korban dari aksi jahatnya.
Ilmu untuk meluluhkan hati orang yang keras atau kalap, tetapi diselewengkan fungsinya untuk membuat orang lain terlena bujuk rayunya. Kasus yang terakhir ini marak yang umum kita kenal dengan istilah gendam, hipnotis dengan tujuan negatif.
Walaupun proses santet yang gaib ini sulit dimengerti secara ilmiah, tapi secara logika santet dapat dimengerti sebagai proses dematerialisasi. Pada saat santet akan dikirim, benda-benda seperti paku, jarum, beling, ataupun binatang berbisa ini diubah dari materi menjadi energi. Kemudian dalam bentuk energi, benda ini dikirim menuju sasaran. Setelah tepat mengenai sasaran, energi ini diubah kembali menjadi materi. Sehingga apa-apa yang tadi dikirim, misalnya beling dan binatang berbisa akan masuk ke tubuh seseorang yang merupakan sasaran santet. Selanjutnya secara otomatis benda-benda yang tadi dimasukkan melalui santet ini akan menimbulkan kesakitan pada tubuh orang yang disantet.
Ada dua cara santet yang umum dikenal. Pertama adalah santet yang dalam prosesnya memanfaatkan kekuatan makhluk gaib seperti jin, setan, dan makhluk gaib lainnya.
Dalam pelaksanaannya, pelaku santet akan bekerja sama dengan makhluk gaib sebagai media pengiriman santet. Untuk mengajak si makhluk gaib untuk dijadikan "kurir" ini, tentu saja pelaku santet harus memberikan imbalan sesuai yang diminta oleh sang kurir. Imbalan bisa berupa sesaji khusus yang diperuntukkan makhluk gaib sebagai makanan untuknya. Imbalan juga dapat berbentuk lain sesuai permufakatan makhluk gaib dengan pelaku santet. Setelah imbalan yang dijanjikan disepakati, maka "sang kurir" pun akan melakukan tugasnya membawa santet menuju sasaran.
Ada kasus misalnya sesaji atau imbalan yang disepakati lalai atau tidak dilaksanakan oleh pelaku santet, maka dalam kasus ini bisa saja si makhluk gaib akan meminta tumbal dari pelaku santet. Sehingga bisa disimpulkan hal inilah yang merupakan resiko bagi para pelaku santet.
Kedua, adalah santet yang bersumber dari kekuatan batin. Santet dengan metode ini membutuhkan kekuatan batin yang biasanya diperoleh dari laku spiritual.
Pada saat penggunaannya, santet dengan kekuatan batin biasanya dibantu dengan kekuatan visualisasi (pembayangan) yang kuat dari pelaku. Misalnya santet dengan menggunakan media bambu apus yang ketika hendak digunakan terlebih dahulu dibacakan mantera-mantera tertentu, setelah itu pelaku santet memusatkan konsentrasi, visualisasi dan berniat menyumbat kubul dan dubur si jabang bayi (sasaran). Dengan cara demikian, seseorang yang dituju tidak bisa buang air besar maupun air kecil. Sehingga pada hakikatnya kekuatan santet ini bersumber dari memusatkan kehendak batin saja. Sedangkan peran dari ritual, seperti membaca mantera atau laku tirakat lain, merupakan sarana penunjang yang mampu membantu visualisasi batin sehingga bertambah kuat.
Santet/guna-guna/teluh/sihir/pelet, bisa terjadi di karenakan ada mediator, dan mengunakan jasa makhluk halus. Cara kerja santet/teluh tersebut, menyerang pada indera perasa kita dan akan menimbulkan rasa sakit pada anggota badan atau bagian tubuhan lainnya.
Soal efek dan sasaran yang dituju serta keberhasilan santet mengenai sasaran juga sangat bergantung pada kondisi si target. Kalau jiwanya juga dipenuhi dengan hal positif dan kondisi selalu ingat kepada Allah SWT dan selalu meminta pertolongan pada-Nya, denga cara-cara kedekatan yang aura positif yang juga ditimbulkan, bisa saja serangan santet itu juga tidak masuk.
Yah, intinya kalau kita berbuat baik dan mudah meminta maaf saat berbuat salah dan berkomunikasi dengan berbagai pihak dan masyarakat luas juga baik, tentu tidak alasan bagi orang lain untuk menyakiti kita, begitu pula sebaliknya. Jadi semua kebaikan dan keburukan yang ada bisa jadi adalah ujian dan cara terbaik yang sedang ditunjukkan Allah kepada hamba pilihan-Nya. (ksr/ksr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar