Craco, Warisan Sejarah Tua dari Kota Mati di Italia
Azis Turindra |
Matera - Craco adalah sebuah desa dan komunitas warga abad pertengahan yang terletak di daerah Basilicata dan Provinsi Matera, Italia. Sekitar 25 mil dari pantai Teluk Taranto di punggung kaki dari "boot" Italia.
Desa yang terletak di pertengahan ini memiliki ciri khas sebagai kota bukit yang tinggi dengan bentuk agak bergelombang dan tanah di sekitarnya ditanami gandum.
Craco dibangun di puncak yang sangat curam, untuk alasan defensif dan keamanan dalam sejarah warisan lama. Ia hadir dengan penampilan yang kaku dan mencolok dan membedakannya dari tanah sekitarnya yang dicirikan oleh bentuk lembut. Pusat kota terletak di sisi yang tertinggi, menghadap punggung bukit yang tajam berjalan ke barat daya. Kota ini berada di atas 400 meter tebing tinggi yang menghadap ke lembah Sungai Cavone. Banyak keunikan daerah ini, ada vegetasi-gundukan yang kurang dibentuk oleh erosi intensif yang disebut "calanchi."
Daerah ini pernah disebut "Montedoro" yang dihuni oleh orang Yunani yang pindah ke pedalaman dari kota pesisir Metaponto. Konon ada kuburan yang telah ditemukan berasal dari abad ke-8. Di tahun 1060, kepemilikan lahan Craco dimiliki oleh uskup Arnaldo pimpinan keuskupan Tricarico, yang disebut area "GRACHIUM" yang berarti "dari lapangan plowed kecil." Asosiasi gereja yang berkuasa cukup panjang kota ini memiliki pengaruh besar terhadap penduduk.
Dari 1154-1168 kontrol dari desa ini dimiliki oleh Eberto yang mendirikan kontrol feodal pertama atas kota. Kemudian pada tahun 1179, Roberto di Pietrapertos menjadi pemilik dari Craco. Pada 1276 sebuah universitas didirikan di kota. Selama periode ini di abad ke-13 benteng tengara dibangun di bawah arahan Attendolo Sforza. Pada 1293 di bawah Federico II, Menara Castle menjadi penjara. Pada abad ke-15, empat plaza besar telah berkembang di kota ini: Palazzo Maronna dekat menara, Palazzo Grossi dekat gereja besar, Palazzo Carbone pada properti Rigirones, dan Palazzo Simonetti.
Penduduk kota itu dari 450 (1277), untuk 655 (1477), dan 1718 (1532) hingga mencapai 2.590 pada 1561, dan rata-rata 1.500 di abad berikutnya. Selama tahun 1656, muncul wabah yang membuat ratusan orang mati dan mengurangi jumlah keluarga di kota ini.
Pada 1799 ada dorongan cukup untuk mengubah sistem feodal dan Innocenzo De Cesare dan dipromosikan sebagai sebuah Kota independen. Hal ini menyebabkan kota berada di bawah kendali Raja Italia tetapi diikuti dengan masa pendudukan Perancis.
Dengan penyatuan Italia setelah masa pendudukan Perancis, Banyak muncul "perampok" di daerah tersebut yang begitu merajalela sampai pertengahan 1860-an. Dengan berakhirnya perselisihan sipil ini, kesulitan terbesar yang dihadapi kota adalah soal lingkungan dan geologi.
Dari 1892-1922 lebih dari 1.300 penduduk melakukan migrasi besar-besaran menuju Amerika Utara karena kondisi pertanian yang buruk yang membuat putus asa karena tanah tersebut sudah tidak menghasilkan cukup untuk hidup rakyat.
Daerah Craco ini banyak dilanda permasalahan sosial dan kemiskinan yang tak sedikit membuat mereka putus asa. Kondisi pertanian yang buruk ditambah dengan bencana alam gempa bumi, tanah longsor serta peperangan inilah yang menyebabkan mereka bermigrasi massal.
Antara tahun 1959 dan 1972 Craco kembali diguncang gempa dan tanah longsor. Di tahun 1963 sisa penduduk sekitar 1300 orang akhirnya dipindahkan ke suatu lembah dekat Craco Peschiera, dan sampai sekarang Craco yang asli masih tertinggal dalam keadaan hancur dan menyisakan kebusukan sisa-sisa peninggalan penduduknya.
Yah, sebuah peninggalan kota bersejarah yang sekarang mati, bahkan cenderung menyeramkan dan menyisakan banyak misteri yang dirasakan para pengunjung. Meskipun, ada pula pengunjung yang justru tertarik melihat kesunyian dan sisa-sisa peradaban kuno yang begitu memesona.
Memang sekarang tak sedikit event dan festival yang sengaja dihadirkan di kota mati yang menjadi unik ini, sehingga menarik wisatawan untuk menelusuri warisan sejarah tempo dulu ini. Anda juga tertarik berpetualang di kota tua dunia?
Bahkan, karena lanskap yang unik dan khusus dari daerah Craco ini telah memikat beberapa sutradara film untuk menjadikan daerah mati ini menjadi setting filmnya, seperti King David oleh Bruce Beresford, Saving Grace oleh Tom Conti, dan termasuk film The Passion of The Christ oleh Mel Gibson. Memang banyak kota tua dan menjadi kota mati di dunia ini, salah satunya adalah Craco. Kota bersejarah yang sekarang hanya tinggal menjadi kenangan dan sisa-sia bangunan kuno yang istimewa. (imm/imm)
Desa yang terletak di pertengahan ini memiliki ciri khas sebagai kota bukit yang tinggi dengan bentuk agak bergelombang dan tanah di sekitarnya ditanami gandum.
Craco dibangun di puncak yang sangat curam, untuk alasan defensif dan keamanan dalam sejarah warisan lama. Ia hadir dengan penampilan yang kaku dan mencolok dan membedakannya dari tanah sekitarnya yang dicirikan oleh bentuk lembut. Pusat kota terletak di sisi yang tertinggi, menghadap punggung bukit yang tajam berjalan ke barat daya. Kota ini berada di atas 400 meter tebing tinggi yang menghadap ke lembah Sungai Cavone. Banyak keunikan daerah ini, ada vegetasi-gundukan yang kurang dibentuk oleh erosi intensif yang disebut "calanchi."
Daerah ini pernah disebut "Montedoro" yang dihuni oleh orang Yunani yang pindah ke pedalaman dari kota pesisir Metaponto. Konon ada kuburan yang telah ditemukan berasal dari abad ke-8. Di tahun 1060, kepemilikan lahan Craco dimiliki oleh uskup Arnaldo pimpinan keuskupan Tricarico, yang disebut area "GRACHIUM" yang berarti "dari lapangan plowed kecil." Asosiasi gereja yang berkuasa cukup panjang kota ini memiliki pengaruh besar terhadap penduduk.
Dari 1154-1168 kontrol dari desa ini dimiliki oleh Eberto yang mendirikan kontrol feodal pertama atas kota. Kemudian pada tahun 1179, Roberto di Pietrapertos menjadi pemilik dari Craco. Pada 1276 sebuah universitas didirikan di kota. Selama periode ini di abad ke-13 benteng tengara dibangun di bawah arahan Attendolo Sforza. Pada 1293 di bawah Federico II, Menara Castle menjadi penjara. Pada abad ke-15, empat plaza besar telah berkembang di kota ini: Palazzo Maronna dekat menara, Palazzo Grossi dekat gereja besar, Palazzo Carbone pada properti Rigirones, dan Palazzo Simonetti.
Penduduk kota itu dari 450 (1277), untuk 655 (1477), dan 1718 (1532) hingga mencapai 2.590 pada 1561, dan rata-rata 1.500 di abad berikutnya. Selama tahun 1656, muncul wabah yang membuat ratusan orang mati dan mengurangi jumlah keluarga di kota ini.
Pada 1799 ada dorongan cukup untuk mengubah sistem feodal dan Innocenzo De Cesare dan dipromosikan sebagai sebuah Kota independen. Hal ini menyebabkan kota berada di bawah kendali Raja Italia tetapi diikuti dengan masa pendudukan Perancis.
Dengan penyatuan Italia setelah masa pendudukan Perancis, Banyak muncul "perampok" di daerah tersebut yang begitu merajalela sampai pertengahan 1860-an. Dengan berakhirnya perselisihan sipil ini, kesulitan terbesar yang dihadapi kota adalah soal lingkungan dan geologi.
Dari 1892-1922 lebih dari 1.300 penduduk melakukan migrasi besar-besaran menuju Amerika Utara karena kondisi pertanian yang buruk yang membuat putus asa karena tanah tersebut sudah tidak menghasilkan cukup untuk hidup rakyat.
Daerah Craco ini banyak dilanda permasalahan sosial dan kemiskinan yang tak sedikit membuat mereka putus asa. Kondisi pertanian yang buruk ditambah dengan bencana alam gempa bumi, tanah longsor serta peperangan inilah yang menyebabkan mereka bermigrasi massal.
Antara tahun 1959 dan 1972 Craco kembali diguncang gempa dan tanah longsor. Di tahun 1963 sisa penduduk sekitar 1300 orang akhirnya dipindahkan ke suatu lembah dekat Craco Peschiera, dan sampai sekarang Craco yang asli masih tertinggal dalam keadaan hancur dan menyisakan kebusukan sisa-sisa peninggalan penduduknya.
Yah, sebuah peninggalan kota bersejarah yang sekarang mati, bahkan cenderung menyeramkan dan menyisakan banyak misteri yang dirasakan para pengunjung. Meskipun, ada pula pengunjung yang justru tertarik melihat kesunyian dan sisa-sisa peradaban kuno yang begitu memesona.
Memang sekarang tak sedikit event dan festival yang sengaja dihadirkan di kota mati yang menjadi unik ini, sehingga menarik wisatawan untuk menelusuri warisan sejarah tempo dulu ini. Anda juga tertarik berpetualang di kota tua dunia?
Bahkan, karena lanskap yang unik dan khusus dari daerah Craco ini telah memikat beberapa sutradara film untuk menjadikan daerah mati ini menjadi setting filmnya, seperti King David oleh Bruce Beresford, Saving Grace oleh Tom Conti, dan termasuk film The Passion of The Christ oleh Mel Gibson. Memang banyak kota tua dan menjadi kota mati di dunia ini, salah satunya adalah Craco. Kota bersejarah yang sekarang hanya tinggal menjadi kenangan dan sisa-sia bangunan kuno yang istimewa. (imm/imm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar