Legenda 'Baru Klinting' ala Loch Ness dari Ponorogo
Azis Turindra |
Jakarta - Sebagai kota yang dikenal dengan kesenian Reog, Ponorogo memiliki legenda lain tentang 'Baru Klinting' sang monster Loch Ness dari Ponororgo. Berada di sebelah barat kaki gunung Wilis atau sekitar 25 km dari pusat kota Ponorogo, terdapat danau yang dinamai Telaga Ngebel.
Konon di tengah danau ini hidup binatang yang mirip dengan belut raksasa yang berwarna hitam dan memiliki sirip di tubuhnya. Ketika keberadaannya terusik, biasanya si monster tersebut menampakkan diri dengan diawali satu pusaran atau gelombang air raksasa.
Menurut cerita yang turun temurun dari desa Brotonegaran ciri fisik dari Baru Klinting atau belut raksasa ini memiliki ukuruan sebesar pohon kelapa dan panjangnya kurang lebih 10 meteran. Sulmin, warga Brotonegaran, menceritakan di tahun 60-an bahwa saat ia remaja, pernah menyaksikan sendiri monster tersebut. Saat itu perahunya berada di tengah danau, seketika itu air mulai bergolak, karena terkejut dengan kejadian tersebut, kemudian berinisiatif berputar arah, tidak lama kemudian muncul monster diantara air yang bergolak, namun Sulmin selamat karena sudah hampir mencapai tepi danau.
Dalam cerita lain dikatakan ketika Jepang masuk tahun 1942, mereka membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Telaga Ngebel. Guna menghancurkan salah satu tebingnya mereka menggunakan dinamit yang ledakannya terdengar berulang kali karena tebing cukup keras dan berbatu. Sejak peledakan dan pembangunan PLTA itu, monster Telaga Ngebel menghilang, ada kabar yang menyebutkan monster tersebut mati akibat gema ledakan dinamit berulang-ulang.
Sedangkan cerita lain yang berkembang di masyarakat menyebutkan, Telaga Ngebel dihubungkan dengan kisah seekor ular naga bernama “Baru Klinting“. Ular tersebut merupakan jelmaan dari Patih Kerajaan Bantaran Angin. Kala itu Sang patih sedang bermeditasi dengan wujud ular, dan secara tak sengaja ada seorang warga yang membawa ular jelmaan tersebut ke desa.
Sesampainya di desa, ular jelmaan tersebut hendak dijadikan makanan karena ukuran tubuhnya yang besar. Sebelum dipotong ular tersebut secara ajaib menjelma menjadi anak kecil, yang kemudian mendatangi masyarakat dan memutuskan membuat sayembara.
Sang bocah kemudian menancapkan lidi di tanah, dan mengumumkan dalam sayembara barang siapa yang mampu mencabut yang ditancapkan di tanah maka ia akan mendapatkan hadiah berupa emas dan perak sepuasnya. Akhirnya dengan tawaran yang menggiurkan tersebut para warga mencoba menarik lidi dari tanah. Hasilnya tak seorangpun berhasil mencabut lidi itu dari tanah.
Karena tidak ada yang berhasil mencabut lidi tersebut kemudian, jelamaan bocah itulah yang berhasil mencabut lidi itu. Dari lubang bekas lidi tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang hingga membentuk Telaga Ngebel.
Legenda Telaga Ngebel ini konon terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah seorang pendiri Kabupaten ini yakni Batoro Kantong. Sebelum melakukan syiar Islam di Kabupaten Ponorogo, Batoro menyucikan diri terlebih dahulu di mata air, yang ada di dekat Telaga Ngebel yang kini dikenal sebagai Kucur Batoro.
Setiap tanggal 1 Suro, warga Kota Reog mengadakan selamatan di danau dengan menghanyutkan sesajian ke tengah danau. Jika dikaitkan secara ilmiah, kemungkinan besar belut raksasa atau ular itu adalah ikan sidat (Anguilla bicolor) yang tumbuh raksasa karena tidak ada predator. Memang bentuk ikan ini seperti belut yang unik.Wallahualam. (imm/imm)
Konon di tengah danau ini hidup binatang yang mirip dengan belut raksasa yang berwarna hitam dan memiliki sirip di tubuhnya. Ketika keberadaannya terusik, biasanya si monster tersebut menampakkan diri dengan diawali satu pusaran atau gelombang air raksasa.
Menurut cerita yang turun temurun dari desa Brotonegaran ciri fisik dari Baru Klinting atau belut raksasa ini memiliki ukuruan sebesar pohon kelapa dan panjangnya kurang lebih 10 meteran. Sulmin, warga Brotonegaran, menceritakan di tahun 60-an bahwa saat ia remaja, pernah menyaksikan sendiri monster tersebut. Saat itu perahunya berada di tengah danau, seketika itu air mulai bergolak, karena terkejut dengan kejadian tersebut, kemudian berinisiatif berputar arah, tidak lama kemudian muncul monster diantara air yang bergolak, namun Sulmin selamat karena sudah hampir mencapai tepi danau.
Dalam cerita lain dikatakan ketika Jepang masuk tahun 1942, mereka membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Telaga Ngebel. Guna menghancurkan salah satu tebingnya mereka menggunakan dinamit yang ledakannya terdengar berulang kali karena tebing cukup keras dan berbatu. Sejak peledakan dan pembangunan PLTA itu, monster Telaga Ngebel menghilang, ada kabar yang menyebutkan monster tersebut mati akibat gema ledakan dinamit berulang-ulang.
Sedangkan cerita lain yang berkembang di masyarakat menyebutkan, Telaga Ngebel dihubungkan dengan kisah seekor ular naga bernama “Baru Klinting“. Ular tersebut merupakan jelmaan dari Patih Kerajaan Bantaran Angin. Kala itu Sang patih sedang bermeditasi dengan wujud ular, dan secara tak sengaja ada seorang warga yang membawa ular jelmaan tersebut ke desa.
Sesampainya di desa, ular jelmaan tersebut hendak dijadikan makanan karena ukuran tubuhnya yang besar. Sebelum dipotong ular tersebut secara ajaib menjelma menjadi anak kecil, yang kemudian mendatangi masyarakat dan memutuskan membuat sayembara.
Sang bocah kemudian menancapkan lidi di tanah, dan mengumumkan dalam sayembara barang siapa yang mampu mencabut yang ditancapkan di tanah maka ia akan mendapatkan hadiah berupa emas dan perak sepuasnya. Akhirnya dengan tawaran yang menggiurkan tersebut para warga mencoba menarik lidi dari tanah. Hasilnya tak seorangpun berhasil mencabut lidi itu dari tanah.
Karena tidak ada yang berhasil mencabut lidi tersebut kemudian, jelamaan bocah itulah yang berhasil mencabut lidi itu. Dari lubang bekas lidi tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang hingga membentuk Telaga Ngebel.
Legenda Telaga Ngebel ini konon terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah seorang pendiri Kabupaten ini yakni Batoro Kantong. Sebelum melakukan syiar Islam di Kabupaten Ponorogo, Batoro menyucikan diri terlebih dahulu di mata air, yang ada di dekat Telaga Ngebel yang kini dikenal sebagai Kucur Batoro.
Setiap tanggal 1 Suro, warga Kota Reog mengadakan selamatan di danau dengan menghanyutkan sesajian ke tengah danau. Jika dikaitkan secara ilmiah, kemungkinan besar belut raksasa atau ular itu adalah ikan sidat (Anguilla bicolor) yang tumbuh raksasa karena tidak ada predator. Memang bentuk ikan ini seperti belut yang unik.Wallahualam. (imm/imm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar