Jumat, 17 Juni 2011

Menengok Hitungan Kalender Oman dan Iran

Menengok Hitungan Kalender Oman dan Iran

Azis Turindra |

Iran - Hitungan kalender adalah penanda waktu yang penting sejak dulu, apalagi bagi manusia modern saat ini yang semuanya menggunakan schedule waktu yang ketak dan padat.

Segala rencana menyangkut jangka waktu panjang dan terukur, pasti membutuhkan hitungan kalender sebagai patokan waktunya. Kesepakatan hitungan ini juga menentukan kapan mulai dikerjakan dan akapan project akan selesai sesuai waktu yang ditentukan. Yang umum dipakai adalah kalender masehi yang konon merupakan hitungan yang dimulai dari kelahiran Isa.

Namun, masih banyak juga versi kalender lain, semisal kalender Hjirah dalam Islam, kalender Cina dan juga negeri lain. Kami pernah juga membahas kalender dalam versi bangsa Libya. Di negeri Oman misalnya, kesultanan Oman juga menggunakan sistem penanggalan dan bulan berdasarkan kalender hijriyah yang didasarkan pada perhitungan beredarnya bulan terhadap bumi atau bagi orang kebanyakan di Indonesia disebut kalender qomariyah. Memang di sana, kalender masehi tetap digunakan, namun terbatas pada kalangan kaum imigran atau pendatang dari India atau negara-negara Eropa.

Sementara di Indonesia, dan Negara di kawasan Asia Tenggara yang penduduknya mayoritas muslim ini juga menggunakan sistem penanggalan dalam dua versi. Bahkan khusus di Jawa misalnya ada tambahan hitungan kalender Jowo. Namun secara resmi dan umum tetap mengacu pada kalender masehi seperti kebanyakan negara di dunia lain. Kalender hijriyah digunakan secara tak resmi, yakni hanya digunakan untuk menandai peringatan hari-hari besar Islam, begitu juga kalender Jawa yang juga digunakan untuk hitungan-hitungan tertentu, termasuk hitungan hari pasaran semisal Pon dan Kliwon.

Di Iran yang juga populer sebagai negeri para mullah, juga sedikit beda. Meski menggunakan nama hijriyah, sistem kalender di Iran berbeda dengan sistem penanggalan hijriyah yang dikenal di Indonesia selama ini. Kalender Iran adalah kalender Hijriyah Solar (kalender hijriyah dengan perhitungan matahari). Padahal, kalender hijriyah yang kita kenal adalah dengan menggunakan perhitungan bulan (qomariyah). Selain berlaku di Iran, kalender ini juga berlaku di Afghanistan dan Tajikistan sebagai sesama satu rumpun bangsa Persia.

Kalender Iran ini diciptakan raja Cyrus tahun 530 SM dan dibuat lebih akurat pada awal abad ke-12 oleh ahli matematika dan astronomi yang juga sastrawan, Umar Khayyam (1050-1122). Tahun baru (Nawruz) selalu jatuh pada awal musim semi. Nama-nama bulan dalam kalender Hijriyah Iran adalah Farwardin, Ordibehest, Khordad, Tir, Mordad, Shahriwar, Mehr, Aban, Azar, Dey, Bahman, dan Esfand. Enam bulan pertama dalam kalender ini berjumlah 31 hari dan lima bulan berikutnya berjumlah 30 hari. Bulan terakhir, Esfand, berjumlah 29 hari (dalam hitungan tahun biasa) atau menjadi 30 hari (tahun kabisat yang terjadi empat tahun sekali).

Dibandingkan kalender solar (matahari-red) yang lain, kalender Iran ini konon paling cocok dengan musim. Pada 1 Farwardin selalu 21 Maret (awal musim semi), pada 1 Tir selalu 22 Juni (awal musim panas), pada 1 Mehr selalu 23 September (awal musim gugur), pada 1  Dey  selalu 22 Desember (awal musim dingin).

Setelah bangsa Iran memeluk agama Islam, tahun hijriyah Nabi (622 M) dijadikan tahun Satu, tetapi kalender bulannya tetap berdasarkan matahari. Sebuah perhitungan yang memang juga kental dengan tradisi dan adat setempat yang sudah mereka yakini secara turun-temurun dari nenek moyang mereka masing-masing. (imm/imm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar