Minggu, 26 Juni 2011

Menguak Filosofi Tradisi 'Tedhak Siten'

Menguak Filosofi Tradisi 'Tedhak Siten'

Azis Turindra |

Solo - Tedhak Siten ternyata memiliki filosofis tersendiri dalam pelaksanaanya, sehingga macam-macam simbol tersebut dapat dimaknai sebagai gambaran kehidupan sang anak di masa depan. Berikut ini kami akan paparkan beberapa filosofi dari rangakian upacara tedhak siten dan ragam tradisi dan makanan yang tersaji.

Panganan Jadah sebagai salah satu contohnya, memiliki makna tersembunyi yaitu perjalanan hidup yang akan dilalui oleh si anak. Jadah menggambarkan kehidupan yang penuh cobaan, suka dan duka sehingga membutuhkan keuletan.

Adapun jumlahnya tujuh dan memiliki tujuh warna yang berbeda juga melambangkan makna yang berbeda dalam perjalanan hidupnya. Jadah Putih pada langkah berarti kesucian, jadah berwarna merah muda yang melambangkan kelembutan hati, jadah berwarna merah simbol dari keberanian, jadah berwarna hijau merupakan tanda kehidupan. Selanjutnya, jadah berwarna Kuning perlambang bersinar, jadah berwarna Ungu menandakan keluhuran budi dan terakhir jadah berwarna Hitam melambangkan keabadian.

Selain jadah, filosofi lain yang terkandung dalam ritual ini seperti tangga tebu wulung atau tebu hitam menandakan filosofi kemantapan hati, dan pendirian yang teguh. Ketika sang anak menaiki tebu wulung, artinya menggambarkan perjalanan hidup dan mencapai cita-cita yang tinggi dan luhur. Pada prosesi ini juga menandakan si anak mengenal kenyataan hidup yang akan dilalui di kemudian hari.

Jenang blowok yang disajikan dalam upacara ini terdiri dari jenang merah putih dan jenang katul (bekatul atau jenang putih) yang melambangkan perjalanan hidup. Hidup itu tidak selamanya lancar dan terkadang terperosok atau dalam bahasa Jawanya keblowok.

Pada prosesi terakhir, si Anak akan dimandikan dengan air setaman yang memiliki filosofi anak tetap sehat jasmani dan rohani dan membawa keharuman nama keluarga.

Bagaimana dengan kurungan ayam yang disediakan bagi si Anak memilih barang di dalamnya? Konon, pemilihan kurungan ayam yang telah dihiasi dengan berbegai macam ornamen dan barang-barang di dalammnya memiliki makna menggambarkan dunia dengan berbagai pilihan untuk hidup di kemudian hari.

Filosofi yang terakhir tentang Udik-udik, yang terdiri dari beras kuning yang dicampur dengan empon-empon, uang logam dan bunga mawar dan melati yang melambangkan agar si anak kelak menjadi seorang yang senang menolong orang lain dengan memberikan sebagian hartanya kepada orang yang membutuhkan. (imm/imm)

Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar